Ciri-ciri Kehidupan manusia Purba pada masa meramu berburu bercocok tanam dan perundagian~BloggerZar
Sama halnya dengan pembahasan sejarah lainnya. Manusia Purba juga dapat dikenal melalui beberapa aktifitas yang mereka lakukan pada zaman dahulu.
Selain fosil, penemuan yang paling banyak ditemukan mengenai manusia purba adalah alat-alat yang mereka gunakan untuk melangsungkan kehidupannya. Alat ini juga sekaligus menunjukan ciri-ciri kehidupan mereka. Melalui alat ini jugalah para ilmuwan dapat mempelajari perkembangan siklus kehidupan nenek moyang kita ini. Mulai dari masa meramu, berburu, bercocok tanam, hingga perundagian.
Tidak hanya itu, masa kehidupan manusia purba tersebut mengalami beberapa tingkatan yang tentunya tiap-tiap tingkatan memiliki cirinya masing-masing. Ada yang memiliki ciri berpindah tempat, menetap di suatu daerah, hingga melakukan aktifitas pruduktif seperti bercocok tanam dan berburu.
Nah, berdasarkan hasil-hasil penemuan, baik yang berupa fosil-fosil maupun artefak-artefak yang tersimpan dalam perut bumi, dapat disimpulkan bahwa manusia purba mengalami perkembangan cara hidup. Baik itu secara sosial maupun ekonomi. Perkembangan awal masyarakat pra sejarah di Indonesia dapat dibedakan ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
Nah, berdasarkan hasil-hasil penemuan, baik yang berupa fosil-fosil maupun artefak-artefak yang tersimpan dalam perut bumi, dapat disimpulkan bahwa manusia purba mengalami perkembangan cara hidup. Baik itu secara sosial maupun ekonomi. Perkembangan awal masyarakat pra sejarah di Indonesia dapat dibedakan ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
A. Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Awal
Kehidupan masyarakat prasejarah masa berburu dan meramu tingkat awal, terjadi pada zaman palaeolithikum atau zaman kebudayaan batu tua.
Ciri-cirinya antara lain sebagai berikut:
1. Mereka hidupnya belum menetap, tetapi selalu berpindah-pindah (nomaden).
2. Mereka memperoleh bahan makanan dari pemberian alam, misalnya: berburu, menangkap ikan, memetik buah-buahan dalam hutan. Cara mencari makanan yang didapat dari alam sepenuhnya, dinamakan meramu atau mengumpulkan makanan (food gathering).
Pada zaman ini diperkirakan manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil, sekitar 9-10 orang. Mereka hidup di padang-padang terbuka yang dekat dengan sumber air dan masih berpindah dari tempat satu ke tempat lain.
Pada umumnya gerak perpindahan tersebut mengikuti gerak perpindahan binatang buruan. Mereka memiliki pembagian kerja hanya berdasarkan jenis kelamin (belum berdasarkan profesi atau keahlian). Para pria dewasa berburu, sedangkan para wanita memanfaatkan alam sekitar, mendistribusikan hewan hasil buruan, memasak, serta mengasuh anak.
Pada umumnya gerak perpindahan tersebut mengikuti gerak perpindahan binatang buruan. Mereka memiliki pembagian kerja hanya berdasarkan jenis kelamin (belum berdasarkan profesi atau keahlian). Para pria dewasa berburu, sedangkan para wanita memanfaatkan alam sekitar, mendistribusikan hewan hasil buruan, memasak, serta mengasuh anak.
Pemimpin dipilih dari kelompok mereka sendiri dengan menggunakan sistem primus inter pares, artinya pemimpin dipilih yang terkuat secara fisik dan rohani, serta memiliki wawasan luas dalam kelompoknya. Sistem teknologi atau peralatan hidup mereka juga masih sangat sederhana.
B. Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut
Zaman berburu dan meramu tingkat lanjut setara dengan zaman mesolithikum atau zaman kebudayaan batu madya atau tengah.
Adapun ciri-cirnya antara lain sebagai berikut:
1. Pada umumnya masih memiliki sifat-sifat zaman palaeolithikum.
2. Kehidupan mereka sudah setengah menetap (semi sedenter).
Pada zaman ini manusia masih hidup mengembara, tetapi pada waktu yang lain mereka sudah hidup menetap dalam jangka waktu yang lama. Selama binatang buruan dan bahan
makanan masih cukup, mereka akan menetap di suatu tempat. Tempat tinggal mereka adalah di goa-goa alam (abris sous roche), di atas pohon (rumah panggung), dan di pantai (ceruk-ceruk batu karang).
Pemilihan tempat tinggal yang demikian dimaksudkan untuk menghindari serangan binatang buas dan agar terlindung dari udara dingin. Dalam pemilihan pemimpin atau kepala suku, masih meneruskan cara primus inter pares.
Pada zaman berburu dan meramu tingkat lanjut, manusia memiliki waktu yang luang yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pemikiran dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
Mereka memiliki waktu yang cukup untuk memikirkan kejadian-kejadian alam sekitar, seperti: banjir, tanah longsor, gunung meletus, wabah penyakit, dan sebagainya. Hal ini menjadi pendorong munculnya kepercayaan animisme dan dinamisme dengan berbagai aspeknya.
Mereka juga mampu mengembangkan kemampuan melukis, memperhalus alat-alat kehidupan, maupun menjinakkan hewan. Alam sekitar juga mulai dimanfaatkan untuk beternak dan menanam umbi-umbian di sekitar tempat tinggal.
C. Ciri-ciri Kehidupan Masyarakat Bercocok-tanam
Masyarakat bercocok-tanam diperkirakan hidup pada zaman neolithikum atau zaman kebudayaan batu muda atau baru.
Adapun ciri-cirinya antara lain seperti berikut:
1. Kehidupan manusia sudah menetap (sedenter).
2. Mata pencaharian sudah beralih dari mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing). Sistem food producing dilakukan dengan cara berhuma.
Zaman neolithikum dianggap sebagai titik awal perubahan hidup manusia yang sebelumnya bergantung pada alam menjadi menguasai alam. Pada masa ini terjadi Revolusi Neolitik, yakni perubahan cara hidup manusia dari berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan sendiri (food producing) atau dari pola hidup nomaden (berpindah-pindah) menjadi sedenter (menetap).
Pada awalnya, masyarakat bercocok-tanam dengan cara membuka hutan untuk ladang dan menanaminya dengan jenis tanaman yang menunjang kehidupan mereka, seperti umbi- umbian. Mereka memanfaatkan lahan tersebut hingga kesuburannya menurun. Jika tanah dianggap sudah tidak subur lagi, mereka akan mencari lahan lain dengan cara membuka ladang di tempat yang baru.
Cara seperti ini dinamakan berhuma (berladang berpindah).
Cara seperti ini dinamakan berhuma (berladang berpindah).
Pada tingkat selanjutnya, manusia mulai mengenal pola pengairan yang memungkinkan tanah ditanami untuk jangka waktu yang lama atau bahkan permanen. Dan pada akhir zaman neolithikum manusia mulai mengenal sistem bersawah dengan cara sederhana.
Pada zaman bercocok-tanam manusia sudah hidup menetap.Oleh karena itu kehidupan sosial berkembang pesat. Hal ini disebabkan mereka memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk bersosialisasi dengan lingkungan masyarakatnya.
Mereka membentuk kesatuan-kesatuan suku, perkampungan, membuat aturan-aturan bersama, dan memilih pemimpin yang berwibawa. Di samping itu mereka juga memiliki waktu luang untuk mengamati gejala-gejala alam. Hasil dari pengamatan tersebut menyebabkan kepercayaan masyarakat berkembang pesat. Hali ini dapat dibuktikan dengan munculnya tradisi megalithik.
D. Ciri-ciri Zaman Perundagian
Seperti telah diterangkan sebelumnya, bahwa berdasarkan alat-alat kerja yang digunakan, masa prasejarah dibagi menjadi zaman batu dan zaman logam. Sementara zaman batu masih berlangsung, para pendukungnya mulai menemukan cara-cara melebur bijih logam. Dan hal tersebut digunakan untuk membuat alat-alat dari bahan logam. Dengan ditemukannya cara melebur bijih logam, maka berakhirlah zaman batu dan mulailah masyarakat Indonesia memasuki zaman logam.
Adapun ciri-ciri utamanya adalah seperti berikut:
1. Masyarakatnya sudah mengenal teknik pengolahan bijih-bijih logam
khusus (undagi) barang dengan barang yang senilai.
2. Masyarakatnya telah memiliki suatu tempat (perundagian) dan orang yang memiliki keahlian
3. Pembagian kerja tidak lagi berdasarkan jenis kelamin, melainkan berdasarkan keahlian (profesi).
Pada zaman ini sistem mata pencaharian masyarakat sudah sangat beragam, bergantung pada keahlian yang mereka miliki. Pertanian dengan sistem irigasi semakin berkembang, demikia pula usaha-usaha sampingan seperti beternak, kerajinan, dan sebagainya. Masyarakat juga sudah mulai mengenal perdagangan meskipun masih dalam taraf sistem barter, yaitu tukar-menukar barang dengan barang yang senilai.
Dalam kehidupan sosial, manusia sudah hidup dalam komunitas yang teratur, tinggal dalam perkampungan-perkampungan dengan aturan yang dibuat bersama. Di samping itu juga mulai muncul tukang-tukang yang memiliki keahlian khusus di bidangnya (undagi). Maka pada zaman ini pembagian kerja lebih terspesialisasi ( sesuai dengan keterampilan yang dimiliki ).
Nah, itulah mengapa sejarah manusia purba sangat menarik untuk dipelajari. Bahkan sampai masuk pada kurikulum pelajaran sejarah di sekolah. Selain bisa memaparkan ciri-ciri kehidupan manusia purba pada empat masa itu, mempelajari sejarah nenek moyang kita ini akan semakin menambah wawasan umum kita sebagai manusia. Tentunya pelajaran ini tidak hanya bermanfaat di sekolah tapi juga saat kita memasuki wilayah masyarakat, yang sudah pasti menuntut kita untuk memiliki wawasan yang luas bahkan tentang ciri manusia purba ini sekalipun. |
Posting Komentar untuk "Ciri-ciri Kehidupan manusia Purba pada masa meramu berburu bercocok tanam dan perundagian~BloggerZar"
Jika Dipostingan Ini Ada Typo Mohon Beritahu Kami Melalui Kolom Komentar, Terima Kasih